pak tua dan sirembo ku

Awalnya sangat sungkan bagiku untuk meminta bantuan nya. dikepenatan setiap ruas kota ini dan dengan balutan seragamnya yang memperlihatkan bajhwa perjalanan nya bukan lah perjalanan singkat. Tidak cukup keberanian bagiku untuk mengatakan permintaan bantuan. Sedangkan diriku sendiri pun dalam balutan penat dan dinginnya malam berkabut dan polusi yang mulai merajai kota yang baru berumur 21 tahun ini.
Di jantung kota BSD malam itu, saat usia mengemudiku menginjak setengah tahun dan SIM ku baru berlaku 2 bulan. Juga kendaraan ku baru berumur seusia simku. Aku belum terlalu familiar dengan kendaraanku. Tiba-tiba rantai motorku berderak seperti berputar paksa. Dan belum lagi bunyi decitan rem belakang yang bagiku sangat menakutkan. Jangan-jangan nanti kalau remnya tiba-tiba blong, kalau rantainya juga tiba-tiba putus. Namun pelan tetap aku kendarai kira-kira dua kilo meter dan memang tidak terjadi apa-apa. Dan persediaan bensinku pun menipis.
Mungkin sekitar pukul 08.00 malam. Saat menepi ke pom bensin di perempatan lampu merah BSD. Bunyi rantai dan decitan rem belakang semakin terasa berbunyi keras. Kekhawatiranku memuncak dan aku tidak berani lagi melanjutkan perjalanan dengan motor. Ada banyak hal yang terfikirkan olehku. Mencari mobil sewaan untuk menbawa motorku pulang, mencari bengkel terdekat untuk menitipkan, karena menuntun sendiri motor ini pulang dalah sebuah kemustahilan. Aku tidak akan sanggup membawanya dalam jarak tempuh sepuluh kilo meter. Dan meminta tolong pada orang lain yang sama berwajah letihnya sepertiku adalah sebuah ketegaan yang tidak sanggup aku lakukan. Jangan-jangan ad kesalahan teknis pada motor ini, karena masih baru. Atau bisa saja nanti yang kuminta bantuan ada lah jaringan curanmor yang akan begitu menyambut baik semua peluang yang ada.

Ibuku yang sedari tadi hanya diam diboncenganku seperti punya ide.
“tanyo se kapak tu a”
Ini adalah prinsip perjalanan ke 1 dari ibuku. Sehingga dengan prinsip ini tidak ada tempat baru yang tidak dapat kita kunjungi dan tersesat adalahsebuah pengenalan sesungguhnya tentang tujuan. Solusinya ada lah bertanya ‘manggua aguang’ versi beliau.
Beliau melangkah ke antrian didepanku. Dialah bapak-bapak dengan pakaian perjalanan jauh dan jubah kelelahan itu. Dialog sangat singkat dan lirih ditengah kota yang beraktifitas dipuncak kesibukannya. Bapak itu menepi menuntun kendaraaan nya dan member isyarat kepadaku untuk menepikan juga kendaraaanku. Sebuah instruksi dengan kibasan tangan yang sangat cepat. Aku bertanya-tanya. Adakah ini sebuah pembuktian kekhawatiranku. Orang yang setengah hati dalam keletihan nya. karena pertanda buruk kedua tidak terlihat dari wajahnya.

Membuka sarung tangan, menggulung lengan jaket dan tentu saja membuka helm nya. lalu dia langsung mengambil alih motor baru ku yang sangat belum ku kenal itu. Belakangan aku member namanya Rembo. Bukan Rambo ala film holywood, tapi rembo ala film upin dan ipin.
Beberapa saat bapak itu mengutak atik motorku tanpa suara. Diam dan aku terpaku juga dalam diam dan dingin malam itu. Ibu ku mengatakan banyak hal dalam bahasa indonesianya yang parah. Aksen bahasa Indonesia ibuku benar-benar minang dan banyak kosa kata yang asing tentunya. Bapak misterius itu tetap dalam diamnya karena memang aksi tutup mulut ataukah karena tidak bisa memahami apa yang dimaksudkan ibuku.

Selanjut nya adalah hal-hal yang membuat aku sangat takjub dari beliau. Megambil oli rantai dari bagasi motornya dan membereskan hal-hal yang menakutkan ku dari si Rembo. Hanya permasalahan ketidak tahuanku, tapi tanpa beliau malam itu aku akan bersama sebuah masalah besar atau bahkan lebih besar lagi. Selesai menerangkan hal-hal yang selayaknya ku ketahui tentang sirembo dan mengatakan juga tidak ada masalah apa-apa dengan motorku selain hanya kekurangan oli rantai dan kotornya rem cakram belakang.

Diakhir aku kembali keantrian dibelakang beliau dan menawarkan membayarkan bensin. Beliau menolak dengan halus namun sangat tegas. Padahal aku melihat dengan tak sengaja kearah dompet beliau, hanya ada uang lima ribu rupiah lusuh semata wayang.
Hujan mulai turun dan kami menggunakan jas hujan di rintik gerimis yang mulai deras. Sebelum ucapan terimakasih dan salam, sempat ku tanyakan tujuan beliau. Sedikit penjelasan, kira-kira begini kalau aku tidak banyak melupakan nya
“bapak mau kebogor, ke sukasari. Ya ini perjalanan yang biasa nak, bapak bekerja dikantor departemen perdagangan di Jakarta. Biasanya pulang lewat depok. Tapi ini baru mengunjungi saudara dicileduk yang rumahnya terkena banjir 2 hari yang lalu.”

Subhanallah, kawan taukah aku dan dirimu??? Lama perjalanan bogor-jakarta via depok, Jakarta-cileduk, bogor via serpong itu……..kira-kira 7 jam perjalanan tanpa macet. Dan kawan, taukah dirimu dan aku,,,,seperti apa rute kemacetan jabodetabek?

Dalam hujan serpong-bogor, Bapak semoga selamat dan berkah perjalananmu. Semoga sebuah kendaraan disyurga untuk mu kelak di anugerahkan Allah karena telah mengenalkan banyak hal kepadaku tentang sirembo………………..amin ya Rabbal alamin.
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini