mamaku dan teteh tetangga

Mamaku, usia beliau dipenghujung 57 tahun. Memilih untuk bersamaku dan mengakhiri sesuatuhal yang tidak nyaman dengan ayahku, yang menikah dan bercerai setiap saat dia suka namun tetap mempertahankan ibuku yang entah karena alasan apa. Usia mereka terpaut satu tahun, ibu ku lebih tua.

Dan diakhir tahun lalu, ketika ibu memilih untuk menutup lembar yang yang menurut beliau adalah lembaran yang semestinya tak harus adalagi dihari tua beliau. Ibu memilih tinggal bersamaku, karena memang tinggal sendirian dikota yan berbeda dan lumayan jauh.

Hari-hari dan minggu-minggu perrtama dikotaku, BSD Serpong, mama cukup menikmati suasana baru itu. Mengurusi adekku yang beberapa bulan yang lalu mengalami kecelakaan dan sedang melewati masa terapinya dan juga dalam kondisi mental yang labil. Dan tentunya mengurusi aku dengan pola mkan yang sangat tidak teratur dengan berat badan yang sedikit dibawah normal. Aku meluangkan banyak waktu untuk dapat bersama beliau dirumah. Bercengkrama dan bernostalgia tentang kisah kisah suka dan duka masa lalu, namun saat diceritakan hari ini terasa begitu indah.

Mereview bagaimana galaknya aku saat menjadi ketua kelompok membaca saat kelas I SD. Karena saat itu hanya ada tiga orang siswa yang sudah adapat membaca dikelas ku, aku, asdian dan agustian. Saat itu caturwulan pertama aku dikelas satu. Juga tentang anak-anak yang sering mengadukan pada ibunya karena kegalakanku. Dan ini semua hanya menjadi bahan leluconan bagi ibu-ibu yang menunggu kami usai sekolah. Juga cerita betapa susah nya ibuku mengajariku untuk bisa membeli pakaian dalam sendiri.

Kami juga memasak makanan-makanan dan lauk pauk yang berasa benar- benar minang dengan cita rasa asli. Dan banyak kegiatan indah yang rasanya mampu membuat kami melupakan kepenatan-kepenatan sebelumnya. Kami juga marathon pagi bersama mengelilingi danau iperumahan puspiptek. Dan setiap harinya kulihat segala sesuatu nya tentang Ibu menjadi membaik.

Namun ritme kerjaku memang tidak konstan. Sekali waktu aku bisa saja bekerja seperti tidak punya cukup waktu untuk hanya sekedar tidur atau pun makan. 18jam sehari kadang aku harus berada diluar rumah dan pulang dengan segala kelelahan. Menanyakan kabar beliau hari itu atau sekedar menanya apa perasaan beliau, ataukah ad amasalah selama tinggal dikota yang jauh dari begitu banyak hari yang telah beliau lalui sepertinya kadang dengan kondisi yang kupaksakan dengan tanpa penghayatan.

Dan bulan-bulan terakhir kesibukanku bertambah. Sebagian waktuku yang tersisa biasanya, kini harus ku bagi dengan kampus dan pustaka dan bercengkrama lebih sering denga layar lap top. Dengan nya dirumah ibuku menjadi semakin sepi.
Dilain waktu aku pernah berfikir, melihat kesepian mamaku, apakah berpisah dengan papa memang benar-benar sesuatu yang baik buat mama. Setidaknya melihat betapa kesepian nya beliau sekarang, ketika kami semua sibuk dengan banyak hal yang nota bene sebenarnya juga untuk keperluan kami juga. namun disebuah sore ketika aku benar-benar kecapean dan meliburkan diri dari segala aktifitas dan rutinitasku. Aku coba utarakan tentang apa yang terfikir olehku tentang beliau dan papa. Namun wajah ibuku tampak terkejut dan sedih dari linangan air matanya, sebuah kalimat yang mengagetkan ku akhir nya harus tumpah sore itu, “ sudah tidak betah ya, kalau mama masih tinggal bersamamu”.

Terkejut, itulah aku saat mendengat kata-kata itu. Tidak pernah terfikir olehku tentang itu apalagi menginginkanya. Aku merasa sedih mendapat jawaban yang tidak ku sangka dari mama, membela diri dengan mengatakan tujuan baikku bukan saat yang tepat pastinya. Namun mamaku pastinya akan lebih sedih lagi. Aku harus memahami belaiu lebih jauh.
“aku hanya ingin mama bahagiah dan tidak sepi begini lagi” hanya itu yang bisa kukatakan.

***
Sudah sedikit lama waktu itu. Waktu berguir dan dengan segala rutinitas yang tidak mungkin ku hentikan. Aku telah melupakan sebah scene gerimis air mata mama bebrapa waktu lalu, saat ku utarakan agar belaiu mempertimbangkan untuk dapat menerima papa kembali.
Sore itu aku melihat wajah mama begitu cerah dan berbinar. Beliau terrlihat tidak lagi begitu sepi, kata-kata belaiu lebih cerah dan sesekali senyum indah di bingkai wajah keriput nya. sedikit penasaran, tapi aku takut bertanya, karena takut di saat lelah seperti ini aku menatakan kata-kata yang tak tepat untuk diucapkan.
“mama merasa berguna sekarang len”
Sebuah jawaban dari pertanyaan yang tak terucap. Lalu semuanya selesai sampai disitu. Kami sholat magrib berjamaah.
Ternyata itu semua tentang tetangga kami. Satu blok dengan rumah kami di cluster Cendana yang masih sepi. Aku tidak mengenal mereka cukup dekat. Yang ku kenal hanyalah banyak anak-anak pra sekolah yang selalu berkumpul dan bermain bersama di blok ini. Blok C di cluster cendana. Juga ibu-ibu muda yang main kejar-kejaran menyuapi balita-balita yang mungkin susah makan itu. Mereka sering menyapaku atau sekedar menanyakan pertanyaan retoris khas anak-anak, ‘tante len mau kemanaaaa’

“mba itu istri ke tiga dari empat istri suaminya. Dia sebenarnya bukan merebut suami orang, karena dia dibohongi suaminya itu. Dulu dia mengatakan kalau dia duda dan menunjukkan surat cerai yang ternyata palsu. Suaminya jarang sekali pulang, kadang cma sebulan sekali. Anak kecil berdua yang sering kesini itu anak nya. sebenarnya dia berasal dari keluarga berkecukupan dan pada awalnya kehidupan ruma tangganya juga baik. Namun setelah pernikahan suaminya dengan lena istri keempatnya itu semua mulai berubah. Bahkan rumah yang dia tempati dan mobil yang biasa dia pakai untuk bermain bersama anak-anaknya juga dijual suaminya untuk membiayai gaya hidup istri keempatnya itu. Sekarang dirumah depan dia hanya mengintrak. Ia sering bercerita dan menangis sama mama. Dan mama juga mersa sayang sama dia, seperti anak sendiri jadinya. Mama bisa berbagi pengalaman dengan nya dan dia juga menjadi sedikit lega, karena merasa ada tempat untuk bercerita gitu….semenjak sering bercerita ke mama dia jadi jarang menangis dan terlihat lebih ceria dan tidak gampang marah lagi smaa anak-anaknya. Dia juga mau bekerja lagi katanya biar tidak suntuk dirumah saja.

Subhanallah, ternyata indah sekali cara Allah mengeluarkan ibuku dari kesepian nya. walaupun aku tidak dapat mengusir sepi beliau, namun doaku di Ijabah Allah agar Ia memberikan kondisi terbaik untuk ibuku.
“sekarang setiap hari sabtu mama kemajlis ta’lim bersama teteh itu dan jug anak-anaknya. Anak-anaknya juga sayang sama mama, hmm len, rasanya keinginan mama untuk segera menimang cucu sedikit terobati”

***
Ya Allah, apunkan aku, hampir setiap waktu luang mama membicarakannya denganku. Memintaku untuk segerah menikah. Kata beliau sunggu sudah sangat menginginkan adanya tangis bayi dirumah. Namun aku tidak mengira effeknya sejauh ini.
“kamu tidak keberatankan nak, jika ibu sering berbagi lauk dengan nya? ia suka masakan mama, katanya sambal mama enak”
Rabb, kapan aku terakhir memuji masakan mamaku, walau semua masakan beliau semuanya terasa sangat enak dilidah. Mungkin sudah sangat lama, sehingga aku juga sudah lupa pernah atau tidak aku mengatakannya. Namun mama, aku sebenarnya sangat sayang padamu, tapi tuntutan hidup harus membuatku begini demi masa depan adek-adek. Tapi aku yakin ma, ini cara Allah menyayagi kita. I love u my mommy….

Di ulang tahun mamaku yang ke 58
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini