DUA HATI

Bagiku ini adalah hari-hari yang mulai terasa hampa, banyak pertanyaan dan semakin banyak kelelahan dalam hatiku. Siulan angin ilalang tipis menambah sunyi dihati yang terasa lengang. Aku lengang dalam keramaian dan merasa sendiri dalam sejuta cengkrama. Usiaku nyaris mendekati angka 30. Angka yang sebenarnya tidak ku sadari telah datang.
Tiga bulan yang lalu, Rasanya aku masih seperti saat selesai SMA dulu dengan segudang mimpi dan harapan. Dalam arisan rutin keluarga besarku, keluarga minang perantauan suku chaniago, aku disidang. Disidang oleh puluhan hakim. Satu, dua dan lebih banyak lagi mereka memulai. Diawali dari yang tua-tua dan keluarga terdekat dan dilanjutkan keusia setingkat kakak, sebaya dan bahkan yang jauh lebih muda dan tentunya dengan radius tingkat kedekatan yang lebih luas.
Pertanyaan yang awalnya bisa ku jawab dengan ‘may’ lalu dengan senyum dan lalu senyum kecut, diam dan akhirnya aku tidak kuat. aku meninggalkan mereka dengan alasan ada meeting akhir pekan. Beruntung ada telepon dari seorang teman mengeluarkan ku dari ruang sidang tanpa pembela ini.
----dua hati----

setahun sudah kepulanganku, bahkan telah melewatii setengan bulan. Aku telah meninggalkan kota cairo dalam dinginnya yang menggigit. Dan selama itu pula rutinitasku sebagai pengajar bermula. Mengajar di almamater tercinta dan bebrapa kampus swasta. Rutinitas yang snagat indah dan aku nikmati. Senang sekali rasanya menatap wajah-wajah antusias dialmamaterku yang telah 9 tahun ku tinggalkan.
Aku benar-benar mensyukuri dengan segala apa yang kumiliki hari ini. Mengajar benar-benar dunia menantang sekaligus mengasyikan. Jam kerjaku melebihi 14 jam, namun aku menikmatinya. Sebagai seorang doctor muda yang juga berpengalaman selama 3 tahun menjadi editor dan penulis di Koran nasional dan kini aku mulai menikmati hidup. Sebagai anak, aku telah memberikan dedikasiku untuk membuat papa dan mama bangga, dan sebagai hamba Allah, aku juga telah dan akan tetap melaksanakan amanah ini. Member dan selalu member ilmu bermanfaat yang Allah berikan aku mengetahui nya. hidup sunggu indah. Alhamdulillah ya Allah.

----dua hati----
‘alhamdulillah tidak terlalu terlihat’. Setidaknya tidak terlalu parah dan tidak sampai memecahkan kaca lampu belakang. tapi sayang saja Avanza hitam itu kini tergores luka. Usianya baru 1 bulan. Sayang memang, namun menuntut ganti rugi dari wanita bermata sembab yang menabrak dari samping dengan kecepatan setengah gila kemaren rasanya juga perbuatan yang terlalu tega. Anak dan suaminya kecelakaan dan ia baru mendpat kabar dari poisi setelah dua hari kejadian. Dan akan kah aku juga tega menuntut ganti rugi dari pemilik wajah itu yang juga lecet dimana-mana itu.
“maafkan saya mbak, saya salah, saya buru-buru, su..su..suami dan anak saya mbak……”.
Memohon bahkan ia hendak bersujud dikakiku jiga tidak berusaha ku cegah. Ia mengabaikan luka di pergelangan tangan dan juga di dahi kirinya yang mulai merembeskan darah. Tidak ada seorangpun yang menyalahkan ku dari kerrumunan orang-orang di perempatan itu. Mereka melihar sendiri bukan lah aku yang menyebabkan nya. dan tentang Avanzaku. Semoga dengan tidak menuntut ganti rugi menjadi dari bagian sedekahnya.
Dengan sebuah harapan, semoga perjalananku kepuncak hari ini dalam rangka wisata kerja dengan adek-adek SPG ku selamat sampai kembali.
----dua hati----
Garis kedewasaan dalam bingkai jilbab merah bercak hitam dan gamis hitam putih merah berhgaris horizontal.
“assalamualaikum, excuseme, may I join with your class sir”.
Setelahnya ia mengikuti pelajan kelas ku dengan sungguh-sungguh. Beberapa kali terlihat sibuk membolak-balik kamus didepannya. Mungkin mencari vocabulary yang belum ia tau dari penyampaianku.
“astagfirullah………astagfirullah”
Kenapa aku jadi memikirkan nya. beberapa mahasiswa mulai mengumpulkan lembaran UTS nya kedepan. Aku tersentak dari lamunan ku. Aku menatap kearah kursi yang ia duduki kemaren malam. Jelas dia tidak ada disana, karena sekarang adalah ujian kelas pagi.
----dua hati----
“I know that deep in my heart
I feel so blessed when I think of you
And I ask Allah to bless all we do
You`re my wife and my friend and my strength
And I pray we`re together eternally”
Sejuk udara pegunungan menyapa kami. Dihari kerja seperti ini puncak benar-benar ramah. Tidak ada macet dan juga polusi. Hijau pucuk teh menghiasi bukit-bukit seperti dunia khayalan. Sebuah gantole melayang tidak jauh diatas depan mobilku. Maher zain dari suaranya yang sendu berenergi mengisi ruang-ruang aliran syukurku. Hari yang indah dan sungguh hari yang harus dinikmati.

Ruang di villa ANDALUSIA itu terlihat rapi bersih dan sungguh indah. Jendela kacalebarnya seperti layar datar memperrtontonkan lembah dan bukit yang sama hijaunya, ditengah-tengah seperti sentral landscape kubah putih masjid at-taawun seperti menyangga langit yang biru jauh berawan tipis diatas sana. para pemain gantole melayang-layang dengan parasut warna-warni.
Jambangan mawar merah muda segar di vase Kristal meja makan mengisi ruangan berlorong panjang ini.
“makan siang nya sudah siap neng”
Menu makan siang hari ini benar-benar sunda, dua mangkok besar sayur asem dengan buah melinjo merah segar dan kuning matang nya mengepul aasap tipis berpilin. Ikan bandeng prestonya berpoles bumbu kekuningan siap menggoda selera diatas piring datar beralas ssalada air. Telur matasapi bertabur bawang goreng kecoklatan dan lalapan sesegar daun teh dengan beraneka ragam menghiasi tengah meja tersusun seperti langkaran. Terong ungu dan biru dengan gagang buah seperti tiga menit lalu baru dipetik menghiasi sebagai poros segala sayuran mentah itu.
Sungguh lidah padangku telah benar-benar sudah berdamai dengan segala macam masakan sunda ini. Enam tahun ternyata sudah cukup untuk membuatku terlepas dari candu rendang dan dendeng rabu. Semut merah nya crisye mengalir dari speaker oval diujung ruangan bersama aroma mawar merah muda.
----dua hati----
Tidak biasanya memang aku mengabsen mahasiswa dengan memanggil nama nya satu persatu. Cukup dengan menyerahkan lembar absen saja. Sekarang aku melakukan ketak biasaan itu. Hanya ingin memastikan siapa saja dari mahasiswaku yang tidak hadir. Tapi sebenarnya energinya adalah ada pada seseorang yang tidak hadir malam ini. Mahasiswi berkerudung merah minggu kemarin. Dia tidak ada dikelasku malam ini. Dan aku belum menghafal nama nya, sehingga aku tergerak untuk memastikan siapa namanya dan kenapa dia tidak ada malam ini.
“kalau boleh katanya minta diizinkan pak, dia ada meeting katanya”
Sudah biasa izin seperti ini dikelas malam, maklum kelas malam adalah kelas orang-orang yang sudah bekerja. Dan pertanyaan ku sekarang lebih jauh, dimana kah ia bekerja. Namanya Ayesha kamilia.
“astagfirullah”
Sungguh sepertinya aku terlalu banyak melakukan hal yang tak biasa.

----dua hati----
Udara sore disini jauh lebih dingin dari malam guyuran hujan dan malam musibah banjir sekalipun dijakarta. Kulit pipi terasa sedikit kering dan telapak tangan terasa gersang. Jarum jam nyaris bersanding diangka 6. Empat puluh menit lagi jingga akan menaburi langit diatas hamparan pucuk-pucuk teh.
Indah adalah adek SPG ku yang terakhir menyampaikan segala hal yang ingin disampaikan nya.
“ni, indah mau kuliah di BSI akhir pekan aja boleh ga ni? ijazah paket C indah minggu depan sudah bisa diambil. Tapi uang tebusan nya ngutang dulu ya ni…heheh potong gaji bulan depan, tapi separoh nya. hihihih…….trus uni ngadain rapat diluar kota nya serring sering dong, kan enak kayak gini…hehehe.. udah ni itu aja dari indah mah……tunggu….tunggu…tunguu ni, eh uni kapan nikah….hehehe map ni…..Cuma ngingatin aja, biar unii ga lupa. Ntar kelupaan karena karir lagi. Dimaapin kan ni?? Indah setiap habis sholat selalu berdoa lho buat uni, biar uni cepat dapat jodoh yang ber3B gitu….hehehee udah ni. Sekarang mah udah beneran. Assalamualaikum heheheh…..”
Delapan teman-teaman nya meng iyakan secara bersamaan
“iyaaaaaa niiiiii”
Aku memang menciptakan suasana bersahabat dalam hubunganku dengan mereka. Bahkan tak jarang aku harus menyediakan waktu untuk mereka curhati tentang apa saja. Yang selalu aku katakana pada mereka adalah “uni dulu juga seperrti kalian, kesungguh-sungguhan mengeluarkan uni dari segala yang ingin uni perrbaiki”.
Tapi pernyataan indah barusan dan bahkan memasukkah hal khusus dan pribadi dalam hidupku kedalam daftar doanya sungguh suatu yang menyentuh ku. Allah, Alhamdulillah atas semua kebaikan yang engkau berikan ini ya Rabb………………

----dua hati----

03.30 dini hari. Mataku masih tidak hendak tertidur. Bayangan mahasiswi itu menghiasi setiap inci dinding kamarku dan juga langit-langit. Beratuskali aku istigfar dan mengulang hafalan-hafalanku. Tapi tetap saja wajah nya terasa seperti poster para caleg menempel disemua tempat dikamarku. Ya Allah, apakah ini saat nya? apakah dia orang nya? ya Allah ini sebuah yang tidak mudah bagiku Rabb. Ampunkan aku ya Allah. Sungguh aku tidak berrmaksud dan tidak menginginkan perasaan ini. Namun semua nya atas kehendak Mu ya Rabb, bimbinglah aku ya Allah.

Azan subuh memanggilku, saat mataku mulai merasakan kantuk dalam sujud.
“Ya Allah hanya Engkaulah pemilik hatiku dan hati dia, aku akan menerima dengan syukur apapun taqdir Mu Rabb. Jika benar saat nya sudah Engkau gariskan ya Allah, maka Engkaulah pemilik segala hati dan pemegang segala urusan. Aku serahkan kepadaMu ya Allah, dan tetap lah jaga aku dijalanMu yang lurus. Ya Allah jangan jadikan cintaku keepada makhlukMu menjadi pengurang cintaku padaMu ya Allah. Adakah dia adalah makhluk yang juga Engkau cintai Rabb? Dan jangan Engkau jadikan hatiku melalaikan cinta kepada Mu dengan mencintai ciptaan Mu rabb. Jika aku harus mencintai nya, maka jadikan lah cinta itu sebagai penambah cintaku kepadaMu……………”
----dua hati----

Sekalipun usiaku lima bahkan sampai Sembilan tahun diatas rata-rata mahasiswa kelas malam itu, dan gelar ST dibelakang namaku, namun bagiku menuntut ilmu adalah sebuah keharusan. Apalagi kuliah di sastra ingris merupakan jurusan yang sama sekali berbeda dengan dunia keteknikan yang aku ambil di UNP dulu, berbeda dan tentu saja menantang dan menyenangkan. Toh aku juga tetap menikmati keriangan perkuliahan dan sekali lagi sering sebagai sasaran curhat teman-temanku. Mulai dari pekerjaan, keluarga, keuangan dan asmara tentunya.
Sering juga aku disalahkan keluarga besar diarisan besar itu, sebagai wanita yang terlalu mengejar karir dan terrgila-gila ilmu sehingga tidak memikirkan perrnikahan atau versi mereka masa depan sendiri. Tapi bagiku taqdir Allah itu tidak akan pernah tertukar satu ketetapanpun. Waktu, tempat dan pelakunya akan tetap seperti yang digariskan sperti catatan taqdir kita.
Menurut mereka kematangan usaha yang aku rintis dari nol ini telah membuat aku money oriented. Pada hal jika mereka tau, beberrapa tahun terakhir aku telah memanjatkan doa intensif pada Rabb ku. Tapi tentang hal ini cukuplah hanya aku dan sang Pengabul doa, Penentu taqdir saja yang mengetahui nya
----dua hati----

Ruang kelasku dilantai 4 dengan view kesibukan Jakarta. Lampu-lampu dan klakson saling memanaskan suasana. Tapi disini udara bertiup indah. Dosen hari ini sepertinya terlambat datang. Biasanya dosen tipe pria metroseksual itu selalu datang tepat waktu. Aku kembali mengulang-ulang membaca materri presentasiku. Introduction to linguistics, mengkaji bahasa yang eksis dan telah punah dan rumpun-rumpun bahasa. Aku sengaja menambahkan sedikit penekanan kepada bahasa Arab sebagai Bahasa Alquran yang Allah menjaga langsung keberadaan nya sampai akhir zaman. Hitung-hitungmenyelipkan materi ma’rifatul quran fikirku.
Aku menjadi moderator presentasi hari ini dan juga sekaligus presentatornya. Grup kami hanya terdiri dari tiga orang dan satu diantara nya tidak bisa kuliah hari itu karena ada kerja over time dikantornya. Alhamdulillah presentasiku lancar dan pertanyaan dari teman-teman ku tidak terllalu menyulitkan ku. Pembahasan rumpun bahasa caucasia memang banyak dipengaruhi oleh bahasa arab, khususnya perkembangan nya di era abad pertengahan ketika islam merupakan bagian dari denyut kehidupan dijantung Negara-negara ras kaukasian itu.
“hebat uni euy, mantabs bahasan nya. eh kayaknya uni cocok deh sama pak Hanif, how about you sir?”
Pertanyaan yang membuat aku tersentak, tapi seketika aku mendapatkan jawaban yang pas. Seisi kelas riuh tiba-tiba dan banyak diantara mereka mengaminkan. Spontan aku melihat pak hanif yang berdiri bersandar kedinding kelas dengan tangan dilipat didada. Style metroseksual nya benar-benar menampilkan kesan smart dan teduh wajah nya terlihat semakin agamis dengan menunduk seperti itu.
“astagfirullah”
“saya tadi berharap sebuah pertanyaan smart dari anda, tapi setidak nya itu juga cukup menjadi sub judul dalam novel terbaruku. Thanx a lot. Semoga anda tidak mendapat nilai E karena guyonan ini”
“ya kalau tidak E ya A”
Disudut ruangan itu sekarang ada suara.
----dua hati----
Aku tau setelah pertanyaan yang cukup membantuku tadi, secara wajar pasti ia melihat kearahku. Mungkin untuk mempertimbangkan jawaban teman nya atau sekedar melihat reaksiku. Tapi sungguh, aku merasa ada yang berbeda dari cara nya melihat. Ya Allah bantu aku jika memang ini, disini dan dengan nya taqdirku
----dua hati----
Let’s all say, say, say
Baraka Allahu Lakuma wa Baraka alikuma
Wa jamaah baina kuma fee khair.
Barakallah hu lakuma wa baraka alikuma
Wa jamaah baina kuma fii khair.
Volume pelan laptopku 03.40 dini hari. Astagfirullah ya Allah, kenapa aku jadi memikirkan kejadian dikelas tadi. Dosen linguistikku, DR. Muhammad hanif Abdurrahman SS.MA.
----dua hati----

` ` $
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini