Seindah sebuah salam

Matahari makin condong ke Barat, kala aku dan dua orang sahabat dekatku Iphunk dan Yenni menuju ke sebuah rumah tak jauh dari sudut kampus. Sudah beberapa bulan kami bertiga jarang bertemu karena lokasi praktek lapangan yang berbeda. Seperti janji kami sebelumnya, sore ini kita akan memberikan ucapan selamat jalan pada seorang teman, Debra Jean Martin. Wanita asal Amerika sekitar 15 tahun lebih dewasa dari kami. Era, demikian panggilan akrabnya.

Kebersamaan selama kurang lebih 3 bulan meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Bagiku, tiada satu kejadian pun yang terjadi secara kebetulan, semuanya pasti telah diatur oleh Dzat yang maha mengatur untuk suatu tujuan. Pertemuan pertama terjadi pada speaking class sekitar jam 3.00 sore itu. Nothing special…datang sebagai peneliti, dimulai dengan sesi perkenalan. Ternyata dia menikah dengan orang Indonesia yang menetap di Jepang. Pada sesi Tanya jawab seporang teman bertanya tentang apa yang boleh ditanyakan pada orang Barat jika baru bertemu. Era menjelaskan beberapa point, salah satu yang paling kuingat adalah “ Jangan menanyakan agama atau kepercayaan seseorang jika baru bertemu”.

Pertemuan berlanjut diluar kelas. Kami bertiga beruntung mendapat kesempatan untuk membanyunya dalam proses penelitian tentang penggunaan basa- basi dalam bahasa minang. Aku ingin tahu dia seorang Muslim atau bukan. Tapi ku tepis rasa itu, karena takut merusak hubungnan yang baru saja dimulai.

Sampai suatu hari, ketika aku menelponnya. Seorang wanita menjawab dihujung telpon dan menanyakan identitasku. Tak lama berselang Era membuka pembicaraan dengan salam. Aku tersentak… “ Wa’alaikim salam”, jawabku perlahan…dengan sangat hati-hati aku bertanya balik, “ Excuse me, are you Moslem? “…..”Of course”, jawabnya sambil tertawa……(to be continued)
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini