SOPIR ANGKOT TUA dan PENGEMUDI MUDA

khaira telah menjadi teman dekatku sejak 10 tahun terakhir. saat sama-sama memasuki gerbang kampus dulu sampai masing-masing diwisuda, kami telah bersama selama kurang lebih empat setengah tahun. saling berbagi dan menceritakan apa saja tentang pengalaman kecil dan remaja kami. kami juga sama-sama sanguinis-korellis. kreatif, inovatif, supel, dan konyol nya sedikit otoriter. dibanyak kesempatan tak jarang kami saling perang ide, namun disaat yang lain kami juga orang yang saling membela untuk sebuah keinginan. dan lima setengah tahun berikutnya sampai hari ini kami tetap dekat, walau kami telah dipisakan antar pulau. ia tetap tinggal disumatera dan aku di jakarta. ia telah menikah dengan dua orang putri sedangkan aku masih tetap status lahir. canda, celetukan dan debat kami masih tetap seseru dulu.

kami sering chating sekedar berbagi kabar dan bertukar cerita seru. ia sebagai seorang ibu muda yang masi punya segudang mimpi akademis. jika sudah begitu kami sering menetawakan cita-cita konyol kami dimasa lalu yang tak pernah kami perjuangkan. sekali lagi kami masi harus berdebat tentang sesuatu yang telah lalu. paling di ujung semua canda tawa itu kami saling mengatakan diri sendiri dengan
"dasar keras kepala"

jam 16.00 petang, perjalananku antara daan mogot- serpong. mengantuk dalam perjalanan sekitar 2jam plus macet juga gerah dan bau asap. cukup tak bersahabat dan iseng akku menelpon sahabat keras kepalaku lagi.

ia baru saja selesai mendandani si kecil Najwa, dan ia mengatakan pekerjaan nya untuk sore itu telah selesai. kali ini aku membutuhkan nya lebih. lebih dari sekedar hanya bercanda dan berdebat kecil. aku membutuhkannya untuk menyampaikan segala unek-unekku tentang pengurusan SIM yang baru saja selesai ku lakukan.

"menurutku alangkah lebih baik nya SIM itu dijual saja seperti SURAT IDULGENGSI" tak perlu ada formalitas apapun. jika ada uang maka sebaiknya SIM itu ddapat dibeli saja seperti gampang nya membeli voucher handphone"
aku memulai ceritaku menumpahkan segala kekeksalan dengan prosedur yang sangat menyakitkan itu. dengan membayar sejumlah uang yang nota bene empat kali lipat dari biaya normal maka SIM apa saja akan didapat dengan tanpa melakukan apa-apa. jasa pembuatan SIM oplosan ini ditawarkan oleh semua orang yang ada dikantor tersebut tanpa rasa malu. mulai dari pejabat di belakang meja, tukang foto, pengawas tes, penjaga pintu, bahkan sampai tukang ojek sekitar dapat menawarkan hal yang sama. lalu untuk apa harus ada segala tes dan prosedur ini dan itu.....

dia hanya tertawa "jadi kau telah lupa saat menemaniku mengurus SIM delapan tahun lalu"
tentu saja aku sekarang tidak lupa. karena dulu juga begitu cara n formalitasnya.

namun ada satuhal yang sangat membuatku merenung dari semua hal yang kami bahas sore itu. yaitu cerita khaira saat-saat awal dia memiliki SIM dan dipercaya orang tuanya mengendarai sepeda motor kekampus.

waktu itu aku merboncengan dengannya dari arah khatip sulaiman ke arah air tawar PADANG. di pertigaan jalan persis didepan kantor DPRD kota padang, sebuah angkot berbelok kekanan dari arahair tawar. dan saat itu kami berbelok menuju air tawar. karena Surat izin mengemudi itu tidak akan didapatkan dengan jalur baik-baik, maka setiap orang yang ingin mendapatkannya harus seperti membeli. dan saat itu khaira memang belum terlalu familiar berkendara dijalan raya yang begitu banyak rambu-rambunya. saat mau berbelok ia mengambil jalur kanan hingga jauh sedangkan seharusnya ia sedikit agak ketengah. dan angkot itu di posisinya mengambil jalur kanan. posisi adu muka maut itu tinggal berjarak setengah meter. saat itu kami sama-sama tidak mengerti, yang diposisi salah kami aatau bapak pengemudi itu. rem mendadak dan bapak pengemudi itu juga.

satuhal yang akan sangat sulit di dapatkan di arus keserakahan dunia saat ini. beliau turun dan mengecek keadaan kami. memastikan kami tidak apa-apa dan memberi peringatan singkat. rupanya kami salah, lalu beliau berlalu begitu saja. kami tidak sempat tau siapa bapak berhati malaikat yang bertarung hidup di area sangat keras itu.

mungkin telah tujuh atau delapan tahun semenjak saat itu. dan khaira mengatakan padaku
"Syah, ingatkah dirimu dengan bapak itu?? dan selama lima tahun terakhir aku selalu mendoakan nya untuk mendapatkan hidup yang bahagia dan meminta pada Allah untuk aku dipertemukan dengan beliau" satuhal yang secara rutin dilakukan nya dan aku hanya melakukan disat-saat awal kejadian itu saja.

"minggu lalu beliau berobat kerumah diantar seorang cucu yang sepertinya sangat menyayanginya, beliau ternyata tetangga ku disini, beliau terlihat sangat tabah dalam sakitnya dan juga bahagia dalam kesederhanaan"

libur akhir semester ganjil kuliah bahasaku, aku ingin pulang kePadang dan aku ingin bertemu dengan bapak tua berhati malaikat itu.
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini