Catatan sebuah cinta

Kini ku tatap jejak langkah kita, terasa masih basah dan tertanam kokoh. Rasanya semenit yang lalu kita masih bersama, bersama dalam jiwa dan cerita. Album itu telah mulai usang, kertasnya menguning dan tua, tapi dihatiku, kita masih seperti dulu. Langkah kita, cinta kita dan jalan juang kehidupan. Ingin lagi aku menatap mata itu, mata yang sendu namun menyala. didalam hatiku, ku ucapkan kalimah rindu untukmu. setetes bening luruh kedalam jiwaku.



magnet kehidupan membawa kita menjauh pergi, kadang rasanya alam telah sembunyikan kita keruang yang menganga satu sama lain. disaat nafas ini berat melaju mengikuti waktu, aku teringat dirimu, jika saja kau ada disini. akan kutemukan segelas ulasan cinta dari jiwamu. dan disaat aku mampu tersenyum tengadah purnama,saat itu aku ingin kita bisa ada bersama. menatap layangan awan tipis yang mencadarinya, disetiap lapisan itu kita tulis cita-cita. Malam tenang di beranda Istana kita.



kini, entah kemana lembaran cita-cita itu menyatu. apakah istana kita masih semega dulu?

aku telah lama berlari menunggangi kuda-kuda cita dan taqdirku. kau juga melangkah teguh dengan pedang ketegaranmu. angin kehidupan kadang salingbmenukarkan kabar kita. kita kini jauh terpisah.

gelombang dan bentang laut sembunyikan kau dari tatapku, seolah hapus dan akhiri cinta kita. entahlah yang ada di jiwamu. Entah lah medan juang mu sekarang. apakah ada tarikan nafas berrat, air mata tak tertumpah dan irisan-irisan kecil dijiwamu. adakah luka dan darah menghiasi kanvas perjalananmu. aku bertanya pada purnama malam ini.



ketika kita telah memilih untuk berjuang perrgi, rupanya tidak ada waktu untuk berfikir kembali ke istana megah kita. kini jalan juang ini semakin terasa bergelombang dan penuh debu. sekali lagi aku merindukanmu. kapan lagi tangan kita dapat saling berrpegang erat, menentang badai bersama atau bersamabersahabat dengan gelombang.



ku tutup Album pudar itu.



jawab jiwaku, dalam doa cinta kita tak ditaqdirkan untuk selesai

Dilembaran terakhir awan malam ini, ku tulis selembar surat rindu untuk mu, atau mungkin pesan bersama putaran bulan. aku rasakan kembali hangatnya jiwa kita kala dulu, aku baca kembali surat tausyah yang kau tulis rapi itu.

walau kita tak pernah kembali berada diistana penuh cinta di Alamanda, aku merasakan kembali gemuruh jiwaku, derap kaki kudaku kembali melaju. jalan juang ini kiranya takkan sanggup kulintasi sampai akhir waktuku. tapi kawan, tugas kita hanya mengantarkan bendera ini ketangan generasi emas masa nanti.



diakhir surat itu, diawan malam yang sudah mulai menebal

kutuliis kenangan tentang mu

''cinta kita takkan pernah selesai''

saat nya nanti, ingin lagi ku menatap wajah tegar mu. dengan cinta yang tetap utuh







Salam cinta karena Nya



Teruntuk generasi millenium Alamanda III
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini