Diakhir puri

Sangat sulit bagiku untuk memulainmengatakan nya, kucari bermacam alasan agar aku mampu menuangkan, namun aku masih saja gagal. Kucoba berkali-kali menulisnya seperti biasa, agar aku lega. Namun tetap saja tidak bisa. Ku coba berulang kali mendengarkan music klasik namun aku masih saja gagal. Aku ingin keluar dari kegalauanku, aku ingin pergi dari segala kedukaan, aku tidak bisa. Sekarang, aku ingin bercerita kepada siapa aku tidak tau. Namun aku juga tak ingin larut mengeluh.

Larut malam sekarang, aku tetap tak lepas dari belengguku. Mendung senja sudah berlahan pergi, tengah mala mini begitu cantik. Bulan hanya sekeping namun sempurna dalam keindahannya, awan tipis melayang dalam lempengan kecil indah berwarna putih sempurna. Embun mulai turun. Kini sejam telah lewat tengah malam. sobekan daun pisang diluar pagar tinggi putih ini menjadi music yang indah. Setiap lembar barunya didekap siulan angin pada pucuk kenari tua tinggi. Ingatan ku berlari dari kenangan pada mimpi dan pedihnya realita. Selaksa nafas berat bersih retasa dari alveolusku. Nafas berat nan dingin namun sedikit mengurang takanan berat tak terukur. Sudah tidak ada lagi air mata, mungkin ia sudah lama kering dalam segala perjalanan yang melelahkan nya. namun tetap saj ini kisah sedih ku.

Dengkuran halus ibu, dalam iramanya tetp saja ada nada sedih yang dalam tersembunyi. Pipinya kini telihat lebih berisi, namun gores kesdihan yang tertahan jelas ada disana. Kulitnya mulai terlihat bersih, tapi dijiwanya banyak kulihat surat duka baru. Telah setahun kami disini. Setahun kami kembali perkumpul dari kepergian panjangku meninggalkan nya. disini aku bahagia, disini aku merasa hadirnya kembali rasa cinta. Namun disini aku juga serba salah, disini aku merasa kalah.
Dalam ketengan wajah duka tersimpan itu, ia memeluk sibungsu yang sudah mulai remaja. Rambut nya panjang indah, tubuhnya kini mulai menampakan keindahan gadis belia, dan sekali lagi kutatap keluar jendela. Angin masih bersiul mendendangkan detak rasaku. Angin dingin singgah menyapa ku. Malam terasa semakin memelukku, dingin damai dan diam.

Malam ini, aku tak bisa menceritakan segala gundah itu pada huruf-huruf yang setia. Terlalu lelah hingga kau tak bisa. Hanya ingin kusegarkan wajah dan ingin bersimpuh menemui sutradara hidupku. Biar lengang dan sunyi, aku ingin berjalan pada Nya.

review malam lalu
Share on Google Plus

About aisyah syahidah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

komentar nya tulis disini